"Ideologi", ujar Althusser, "tidak punya sejarahnya yang sendiri". Ia lahir dari dalam diri seorang individu konkrit yang secara sedar memberikan pengakuan kepada dia yang memanggilnya - menjadi subjek kepada kepercayaannya.
Lantas ideologi merupakan ilusi terhadap sebuah kepercayaan yang tidak dapat diungkap, serta dalam masa yang sama, ia merupakan realiti yang mengungkapkan diri seseorang tersebut.
Mirip sekali dengannya, Levinas menyarankan sebuah pengakuan. Seorang Aku yang meletakkan keberadaan dirinya untuk diisi oleh Yang-Lain. Harapannya adalah harapan untuk Yang-Lain. Cita-citanya merupakan keinginan untuk membahagiakan Yang-Lain.
Cinta bagi seseorang tidak mempunyai akarnya. Ia hadir secara tiba-tiba. Mencintai Yang-Lain adalah untuk menjadi Aku.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan