Subagio menggambarkan Sein sebagai "sajak sempurna" yang "sebaiknya bisu seperti pohon, mega, dan gunung yang hadir utuh tanpa bicara". Ia menyingkap dirinya dalam ia bersembunyi di balik kelubung-kelubung keseharian yang banal; seperti "sajak" yang "tetap rahasia", "terungkap sendiri makna dari ketelanjangan bumi".
Dan barangkali, sajak merupakan keluh-kesah kejujuran -- yang terbit tatkala ia didatangi kecemasan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan